Pesan Untuk yang Kelak Menjadi Makmumku
Dear My Future Wife,
Terkadang rasa sakit didada menyelimutiku diwaktu raga kita berjauhan, sesak, pilu was was menyelimuti seluruhnya kalbu & pikiranku.
"Sedang apa ? dgn siapa? di mana saat ini berada?"
Jadi pertanyaan yg tak sempat absen dipikiranku. Senantiasa kusingkirkan pertanyaan tersebut jauh jauh bersama menyakinkan terhadap hati bahwa engkau yakni sosok perempuan yg terbuat dari tulang rusukku. Hal-hal sepele terkadang jadi sosok yg menakutkan membanyangi pikiranku, menciptakan diri ini seakan dihantui oleh ketakutan yg mencekam seandainya tak ada info darimu disana. Maafkan atas kekhawatiranku yg berlebih dear.
Dear,
terkadang dikala kita berjauhan tidak jarang terbayang kenangan-kenangan disaat kita menghabiskan disaat dengan, bergurau dgn, tertawa dgn. Ah...itu menciptakan rindu di dada ini makin menumpuk. Dear, tahukah engkau diwaktu engkau berhubungan dgn cowok lain, walau itu cuma pesan dari laki laki yg engkau tak ketahui, bergejolak hati ini laksana air yg mendidih & ketakutan datang menghantui. Meski hati ini percaya, tapi masih saja ketakutan itu senantiasa datang. Tetapi kata-kata ajaibmu senantiasa saja sukses mengusir ketakutan & kecamasan itu.
Dear, bisa jadi jarak jadi pemisah antara kita berdua buat waktu ini. Kita cuma sanggup melepas rindu via telephone. Tidak jarang kita menghabiskan ketika berjam-jam cuma buat bergurau gurau via nada, membicarakan yg kita alami satu sama lain, mulai sejak dari gerakan dikantor, dikampus, dirumah diperjalanan & ajaibnya, kita tak sempat bosan lakukan factor tersebut. Dear, tahukah engkau apa yg menciptakan diri ini sedih rasanya? saat engkau dilanda persoalan tetapi kita berjauhan, seakan tidak berdaya & tak bermanfaat diri ini. Maafkan diri ini tak senantiasa ada untukmu, tak ada diwaktu engkau tertimpa permasalahan. Tetapi percayalah disetiap sujudku senantiasa terucap namamu. Sosok yg dapat saya imami nanti.
Dear, bisa saja diriku tak mampu menjanjikan kehidupan yg bergelimang harta, tahta maupun mahkota. Tapi ku kan senantiasa mengupayakan memberikan yg paling baik buat dirimu. Dear, walau diluaran sana tentu ada yg lebih ganteng, mapan & lebih baik. Engkau tak keberatan utk mengacuhkan & menghiraukan itu seluruhnya demi diriku yg serba kekurangan ini. Engkau ialah ketentuan paling baik yg sempat saya memilih. Dear, waktu ini mungkin saja kita berjauhan & cuma sedikit sekali ketika buat raga kita bertemu. Tetapi itu cuma sementara, tak lama lagi kita bakal dgn membangun semuanya dgn. Ada kalimat yg bakal dgn bangganya ku ucapkan didepan factor patut ramai, kalimat yg bakal mempersatukan kita di dalam Ridho-Nya. "Saya terima nikah & kawinnya engkau . .. " ah tak sabar utk langsung mengucapkan kalimat tersebut.
Wajah dirimu lah yg perdana kali kulihat waktu mengakses mata, senyum manis yg senantiasa menyelimuti wajah tersebut laksana segudang semangat utk menghadapi kerasnya ibu kota. Senyum yg bakal senantiasa kujaga hingga kapanpun.
Dear, tunggu lah hingga dikala itu tiba. Diwaktu di mana kita dapat dgn sama dalam menyukai & duka dalam menjalani perih getirnya hidup, dikala di mana kita bakal menua dgn menonton anak & cucu kita tumbuh. & bersama bangga bakal ku bisikan
"Terimakasih sudah memilihku utk jadi imammu dear"